Assalamu'alaikum wr.wb
بسم الله الرحمن الرحيم
Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah cerita seorang yang bijak yang bernama Mulla Nasruddin.sufi yang mengajarkan kebenaran melalui kisah dan lelucon,ia menyuruh kita menertawakan diri dengan cerita-cerita lucunya.
Alkisah, para filsuf, ahli ilmu mantiq, dan ahli hukum berkumpul di istana. Mereka bergabung untuk menginterogasi Nasruddin. Perkara Nasruddin telah dianggap sebagai sebuah kasus yang sangat serius. Persoalannya adalah Nasruddin sering datang keberbagai tempat dengan meneriakkan satu khutbah yang sama . Dalam khutbahnya itu, ia menyebut orang-orang berilmu, seperti para filsuf, sebagai mereka yang bodoh, kebingungan, dan tak bisa mengambil keputusan. Tentu aja, ceramah Nasruddin ini dianggab subversif dan mengganggu ketertiban negara.
Singkat cerita, meraka yang merasa tersinggung meminta raja untuk mengadili Nasruddin. Digelarlah sebuah pengadilan dengan Nasruddin sebagai terdakwa tunggal."Hai Nasruddin," ucap raja, "kau mendapat giliran untuk bicara terlebih dahulu".Nasruddin lalu meminta agar dibawakan beberapa lembar kertas dan pena. Setelah itu ia berkata,"Tolong bagikan kepada para pakar yang ada di ruangan ini, masing-masing secarik kertas dan pena."Setelah setiap orang pakar mendapat kertas dan pena, Nasruddin berkata lagi,"Aku mohon kepada setiap ahli untuk menuliskan di atas kertas itu jawaban untuk pertanyaan ini, Apa yang disebut dengan roti?"setipa cerdik cendikia yang ada ditempat itu lalu menuliskan apa yang mereka ketahui tentang roti. Jawaban para pakar itu kemudian dikumpulkan dan diserahkan kepada raja. Rajapun membacanya satu persatu.Orang bijak pertama menulis,"Roti adalah sebuah makanan."Si bijak kedua menjawab,"Roti adalah tepung bercampur dengan air." Si bijak ketiga menulis,"Roti adalah karunia Tuhan." Si bijak selanjutnya menjawab'"Roti adalah terigu yang telah dimasak." Orang berikutnya menulis'"Roti merupakan makanan bergizi."dan demikian seterusnya. Setiap orang yang terkenal pandai itu, menulis jawaban yang berbeda-beda, masing-masing bergantung pada pemaknaan mereka pada roti. Salah seorang dari mereka bahkan menulis,"Tak ada seorangpun yang tahu sebenarnya apa yang dimaksud dengan roti."
Setelah mendengar semua jawaban itu, Nasruddin berkata pada sang raja,"Ketika mereka dapat menentukan apa yang disebut sebagai roti, barulah mereka bisa menentukan hal- hal selain roti.Misalnya, menentukan apakah khutbahku benar atau tidak."
Ia melanjutkan,"Dapatkah Baginda mempercayakan urusan penilaian atau keputusan kepada orang-orang seperti ini? Bukankan amat aneh jika mereka tidak sepakat akan sesuatu yang mereka makan setiap hari, tetapi mereka sepakat untuk menentukan bahwa aku seorang ahli bid'ah?"Cerita Nasruddin tersebut sebetulnya merupakan sebuah sindiran orang-orang sufi kepada mereka yang merasa bijak, mereka yang sibuk mempelajari agama lalu ramai berdebat untuk memutuskan madzhab mana yang benar dan mana yang sesat. bukankah ketika kita belajar fiqih,kita dihadapkan pada berbagai perbedaan pendapat. Kita akan dianggap orang yang paling pandai bila kita mengetahui segala pendapat yang berbeda itu, lalu memutuskan bahwa pendapat kitalah yang paling benar.
Mulla Nasruddin memberikan pelajaran kepada para pemikir, pakar agama, ahli fiqih, dan para filsuf tentang hal itu dengan cara yang amat halus.Menurutnya, mereka yang berilmu itu sebetulnya hanyalah orang-orang jahil yang kebigungan dan tak bisa mengambil keputusan. Bagaimana kita dapat memercayakan penilaian terhadap orang lain kepada orang-orang seperti itu, jika dalam urusan sepele seperti roti saja, mereka tak bisa mereka tak bisa mengambil keputusan?
Kisah Nasruddin seakan hendak menyampaikan kepada kita semua bahwa diatas keberagamaan yang dipecah-pecah kedalam berbagi madzhab itu, terdapat satu keberagamaan yang disepakati bersama. Seseorang akan menjadi lebih arif apabila ia meninggalkan hal yang dipertengkarkan dan memasuki satu hal yang disetujui bersama.
terima kasih telah mengunjungi blog ini,semoga bermanfaat.
wassalamu'alaikum wr.wb
sumber:Road to Allah oleh Jalaluddin Rakhmat dikutip dari "The Exploits of The Incomparable Mulla Nasruddin"karya Idries Shah
بسم الله الرحمن الرحيم
Kali ini saya akan menceritakan tentang sebuah cerita seorang yang bijak yang bernama Mulla Nasruddin.sufi yang mengajarkan kebenaran melalui kisah dan lelucon,ia menyuruh kita menertawakan diri dengan cerita-cerita lucunya.
Alkisah, para filsuf, ahli ilmu mantiq, dan ahli hukum berkumpul di istana. Mereka bergabung untuk menginterogasi Nasruddin. Perkara Nasruddin telah dianggap sebagai sebuah kasus yang sangat serius. Persoalannya adalah Nasruddin sering datang keberbagai tempat dengan meneriakkan satu khutbah yang sama . Dalam khutbahnya itu, ia menyebut orang-orang berilmu, seperti para filsuf, sebagai mereka yang bodoh, kebingungan, dan tak bisa mengambil keputusan. Tentu aja, ceramah Nasruddin ini dianggab subversif dan mengganggu ketertiban negara.
Singkat cerita, meraka yang merasa tersinggung meminta raja untuk mengadili Nasruddin. Digelarlah sebuah pengadilan dengan Nasruddin sebagai terdakwa tunggal."Hai Nasruddin," ucap raja, "kau mendapat giliran untuk bicara terlebih dahulu".Nasruddin lalu meminta agar dibawakan beberapa lembar kertas dan pena. Setelah itu ia berkata,"Tolong bagikan kepada para pakar yang ada di ruangan ini, masing-masing secarik kertas dan pena."Setelah setiap orang pakar mendapat kertas dan pena, Nasruddin berkata lagi,"Aku mohon kepada setiap ahli untuk menuliskan di atas kertas itu jawaban untuk pertanyaan ini, Apa yang disebut dengan roti?"setipa cerdik cendikia yang ada ditempat itu lalu menuliskan apa yang mereka ketahui tentang roti. Jawaban para pakar itu kemudian dikumpulkan dan diserahkan kepada raja. Rajapun membacanya satu persatu.Orang bijak pertama menulis,"Roti adalah sebuah makanan."Si bijak kedua menjawab,"Roti adalah tepung bercampur dengan air." Si bijak ketiga menulis,"Roti adalah karunia Tuhan." Si bijak selanjutnya menjawab'"Roti adalah terigu yang telah dimasak." Orang berikutnya menulis'"Roti merupakan makanan bergizi."dan demikian seterusnya. Setiap orang yang terkenal pandai itu, menulis jawaban yang berbeda-beda, masing-masing bergantung pada pemaknaan mereka pada roti. Salah seorang dari mereka bahkan menulis,"Tak ada seorangpun yang tahu sebenarnya apa yang dimaksud dengan roti."
Setelah mendengar semua jawaban itu, Nasruddin berkata pada sang raja,"Ketika mereka dapat menentukan apa yang disebut sebagai roti, barulah mereka bisa menentukan hal- hal selain roti.Misalnya, menentukan apakah khutbahku benar atau tidak."
Ia melanjutkan,"Dapatkah Baginda mempercayakan urusan penilaian atau keputusan kepada orang-orang seperti ini? Bukankan amat aneh jika mereka tidak sepakat akan sesuatu yang mereka makan setiap hari, tetapi mereka sepakat untuk menentukan bahwa aku seorang ahli bid'ah?"Cerita Nasruddin tersebut sebetulnya merupakan sebuah sindiran orang-orang sufi kepada mereka yang merasa bijak, mereka yang sibuk mempelajari agama lalu ramai berdebat untuk memutuskan madzhab mana yang benar dan mana yang sesat. bukankah ketika kita belajar fiqih,kita dihadapkan pada berbagai perbedaan pendapat. Kita akan dianggap orang yang paling pandai bila kita mengetahui segala pendapat yang berbeda itu, lalu memutuskan bahwa pendapat kitalah yang paling benar.
Mulla Nasruddin memberikan pelajaran kepada para pemikir, pakar agama, ahli fiqih, dan para filsuf tentang hal itu dengan cara yang amat halus.Menurutnya, mereka yang berilmu itu sebetulnya hanyalah orang-orang jahil yang kebigungan dan tak bisa mengambil keputusan. Bagaimana kita dapat memercayakan penilaian terhadap orang lain kepada orang-orang seperti itu, jika dalam urusan sepele seperti roti saja, mereka tak bisa mereka tak bisa mengambil keputusan?
Kisah Nasruddin seakan hendak menyampaikan kepada kita semua bahwa diatas keberagamaan yang dipecah-pecah kedalam berbagi madzhab itu, terdapat satu keberagamaan yang disepakati bersama. Seseorang akan menjadi lebih arif apabila ia meninggalkan hal yang dipertengkarkan dan memasuki satu hal yang disetujui bersama.
terima kasih telah mengunjungi blog ini,semoga bermanfaat.
wassalamu'alaikum wr.wb
sumber:Road to Allah oleh Jalaluddin Rakhmat dikutip dari "The Exploits of The Incomparable Mulla Nasruddin"karya Idries Shah
0 comments:
Post a Comment